*(From: Watowuan Tyno – For : Juniorku)* |
Suatu
perubahan yang yang ingin dicapai tidak akan terjadi jika kita sebagai
mahasiswa tidak mampu mengaktualisasikan segala kemampuan kita sebagai wujud
tanggung jawab sosial sebagai mahasiswa, karena kampus hanya sebuah benda mati
yang tidak bisa berbuat sesuatu apapun terhadap diri kita apabila kita hanya
berdiam tanpa berbuat apapun tetapi kita harus mampu melakukan sesuatu melalui
segi pemikiran dan bergerak dalam organisasi sebagai tempat latihan dalam
mengembangkan kemampuan kita.
Dunia
kampus mungkin tak asing lagi bagi kita yang berstatus mahasiswa saat ini.
Dunia kampus yang bergerak dalam bidang apapun pastinya bermuara pada pembentuk
manusia menjadi tenaga-tenaga yang siap untuk berkerja dalam kemampuan
masing-masing dan skil yang memang ingin di asah. Tetapi kebanyakan dunia
kampus pada saat ini adalah ajang saling berkenalan dengan para dosen dan
sesama mahasiswa, ajang mengejar cinta dan ajang memamerkan gaya penampilan.
Mungkin
pada saat ini banyak dari para mahasiswa yang memandang dunia kampus hanya
untuk menuntut ilmu saat duduk didalam ruangan kuliah dan hanya mendengarkan
para dosen berceloteh tanpa melihat peran dari pada mahasiswa yang sebenarnya. Apakah
mahasiswa hanya diam merenungi begitu saja mendengar ocehan dosen dan
menerimanya dengan lapang dada tanpa ada pengolahan kembali dan tanpa ada
tanggapan? Sadarilah, menjadi mahasiswa bukan untuk memperoleh IP (nilai)
tinggi dan ijazah. Mahasiswa adalah pribadi yang selalu berproses mempertajam
otak dan nurani dengan cara membaca, menulis, berdialog, diskusi dan
berorganisasi. Menjadi mahasiswa adalah perjuangan untuk membangun diri guna
kehidupan masa depan yang baik bagi pribadi dan masyarakatnya.
Oleh
karena itu kita perlu menggenjot apa yang menjadi potensi kita dalam sebuah
wada yakni organisasi baik organisasi internal maupun eksternal.
Organisasi
adalah suatu tmpat atau wadah yang mampu memfasilitasi pengetahuan dan potensi
diri. Apabila kita mngtkan apa kaitannya pendidikan dan organisasi, misalkan
kita ambilkan contoh sebuah bangunan rumah dapat dikatakan (pendidikan)
sedangkan pondasi , pintu dll dapat diktakn sebagai (organisasi). Jadi
pendidikan tidak lepas degan organisasi karena ketika kita mengetahui
sebenarnya di dalam organisasi menyimpan jutaan bahkan ribuan pngtahuan yang
harus digali. Organisasi merupkan salah satu pendukung atau merupakan salah
satu alat tuk meningkatkan yang namanya kemampuan diri. Kalau kita sadar
pendidikan di kmpus hanya 25% saja sisanya di masyarakat dan di dalam
organisasi. Kalau kita logikakan apakah kita sudah puas hanya belajar dikampus
yang notabenya hanya 25%??? Saya rasa kaum pendidik akan marah dan kesal
apabila dikatakan bangga hanya 25% saja. Makanya disinilah organisasi sangat
dibutuhkan peranannya. Sehingga masuk didalam organisasi kita akan memiliki
persaingan (musuh positif) untuk meningkatkan kualitas kita. Nilai tamba
misalnya ketika masuk dalam sebuah kepanitiaan: (1) Dengan menjadi anggota
panitia suatu kegiatan, kita mendapat pengalaman berorganisasi. Bagaimana
bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu majemuk, beraneka
ragam latar belakang dan pola pikir. Ada yang berpikir cepat dan nyambung
dengan pikiran kita, namun ada juga yang lemot dan kurang nyambung. (2) Dengan
kesibukan tambahan ini, mau tidak mau kita harus belajar strategi menyatukan
visi, membagi kerja, dan menjalankan tugas. Istilah kerennya, job description
masing-masing tugas harus jelas. Berbagai benturan yang mungkin terjadi saat
menyatukan visi, tentu akan menjadi tambahan pengalaman tersendiri. Begitu pula
saat pembagian kerja, kita menjadi terbiasa untuk bekerja secara team work,
saling bahu membahu, mendukung satu dengan lainnya. (3) Selain memperoleh
pengalaman berorganisasi, kita juga mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan
dalam bidang yang kita kerjakan. Misalnya, bila bertugas sebagai seksi humas
kita akan mendapat pengalaman bagaimana berhubungan dengan orang lain di luar
kelompok sendiri, bagaimana mempromosikan kegiatan yang kita buat dan media
yang akan digunkan.
Kehidupan
kampus telah menjadi bagian besar kehidupan mahasiswa. Di satu sisi, seorang
mahasiswa dituntut untuk selalu menggunakakan kesempatannya guna memperkaya
khazanah pengetahuan akalnya, sedang di sisi lain, seorang mahasiswa harus
mampu menunjukkan kelebihannya dalam berbagai segi. Pemanfaatan waktu yang
memang sudah seharusnya diperhitungkan sejak awal, sudah harus menjadi tantangan
bagi seorang mahasiswa dalam pemanfaatan kesempatan yang dimilikinya.
Porsi atau bagian terbesar dari ilmu pengetahuan diperoleh pada
masa kuliah, sedangkan yang diberikan oleh sebuah organisasi adalah
mengusahakan tambahan ilmu dalam rangka stadium general untuk menjadikan insan
akademik seorang mahasiswa menjadi seorang cendikia yang berwawasan lengkap dan
bulat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu agar mahasiswa tidak
hanya berpikir dalam alam spesialisasi disiplin ilmunya.
Sebagai closse stagement saya bahwasanya Kebebasan akal akan membentuk kemerdekaan berfikir
seseorang akan tetapi diperlukan landasan moral dan keyakinan yang seimbang. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk satu tujuan akan tetapi setiap jalan punya sekat yang berbeda. Maka proses adalah segalanya sampai pada keyakinan dalam
rasa yang bukan kata-kata. Mari hanyut dalam
proses perjalanan yang tak berbatas. Aku hanya manusia yang lahir dari
perut ibuku dialah wanita paling mulia bagiku di dunia ini, aku dilahirkan
dalam keluarga sederhana, rasa syukur yang tak terhingga aku bisa hidup dan
diberi nikmat yang sanggat luar biasa ini, layaknya manusia lain aku harus bisa
menghargai rasa syukur ini dengan segala sesuatunya. Untuk itu kenalilah aku
dengan apa adanya bukan dengan adanya apa!!!
“Tak ada kata lusa untuk hari kemarin dan tak ada kata
panjang untuk hari esok. Jika hari esok
sudah tidak bisa merubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini masih bisa
merubah apa yang akan terjadi pada hari esok. Selamat menempuh asa tersisa!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar