Jumat, 24 Oktober 2014

MENUMBUH KEMBANGKAN POTENSI DIRI DALAM DUNIA KAMPUS


      
 
*(From: Watowuan Tyno – For : Juniorku)*
Seiring bergulirnya waktu mengarungi samudra takdir dari masa SMA hingga menanamkan tujuan atau niat untuk mengais asa pada dunia kampus maka kita perlu mengetahui apa yang perlu kita lakukan dalam dunia kampus itu sendiri. Ketika kita sudah masuk dalam rana dunia kampus maka kita bukan lagi menyandang status siswa/i melainkan mahasiswa/i. Di dalam dunia kampus  sudah pasti ada yang namanya civitas akademika, baik dari Rektor, Pembantu rektor I, II dan III, Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III, Ketua Jurusan, Seretaris Jurusan, Ketua Prodi, para pegawai dan mahasiswa. Semua civitas akademika tersebut saling berkaitan satu sama lainnya dan tidak bisa terpisah lepaskan. Dalam dunia kampus mahasiswa sebagai komponen utama karena yang menjadi orientasi atau muara dari pada kegiatan civitas akademis adalah mahasiswa. Jadi sangat penting diperhatikan sebagai denyut nadi kampus. Mahasiswa datang dari penjuru desa yang berbeda tentu memiliki latar belakang yang berbeda dan karakter yang berbeda pula.
Suatu perubahan yang yang ingin dicapai tidak akan terjadi jika kita sebagai mahasiswa tidak mampu mengaktualisasikan segala kemampuan kita sebagai wujud tanggung jawab sosial sebagai mahasiswa, karena kampus hanya sebuah benda mati yang tidak bisa berbuat sesuatu apapun terhadap diri kita apabila kita hanya berdiam tanpa berbuat apapun tetapi kita harus mampu melakukan sesuatu melalui segi pemikiran dan bergerak dalam organisasi sebagai tempat latihan dalam mengembangkan kemampuan kita.
Dunia kampus mungkin tak asing lagi bagi kita yang berstatus mahasiswa saat ini. Dunia kampus yang bergerak dalam bidang apapun pastinya bermuara pada pembentuk manusia menjadi tenaga-tenaga yang siap untuk berkerja dalam kemampuan masing-masing dan skil yang memang ingin di asah. Tetapi kebanyakan dunia kampus pada saat ini adalah ajang saling berkenalan dengan para dosen dan sesama mahasiswa, ajang mengejar cinta dan ajang memamerkan gaya penampilan.
Mungkin pada saat ini banyak dari para mahasiswa yang memandang dunia kampus hanya untuk menuntut ilmu saat duduk didalam ruangan kuliah dan hanya mendengarkan para dosen berceloteh tanpa melihat peran dari pada mahasiswa yang sebenarnya. Apakah mahasiswa hanya diam merenungi begitu saja mendengar ocehan dosen dan menerimanya dengan lapang dada tanpa ada pengolahan kembali dan tanpa ada tanggapan? Sadarilah, menjadi mahasiswa bukan untuk memperoleh IP (nilai) tinggi dan ijazah. Mahasiswa adalah pribadi yang selalu berproses mempertajam otak dan nurani dengan cara membaca, menulis, berdialog, diskusi dan berorganisasi. Menjadi mahasiswa adalah perjuangan untuk membangun diri guna kehidupan masa depan yang baik bagi pribadi dan masyarakatnya.
Oleh karena itu kita perlu menggenjot apa yang menjadi potensi kita dalam sebuah wada yakni organisasi baik organisasi internal maupun eksternal.
Organisasi adalah suatu tmpat atau wadah yang mampu memfasilitasi pengetahuan dan potensi diri. Apabila kita mngtkan apa kaitannya pendidikan dan organisasi, misalkan kita ambilkan contoh sebuah bangunan rumah dapat dikatakan (pendidikan) sedangkan pondasi , pintu dll dapat diktakn sebagai (organisasi). Jadi pendidikan tidak lepas degan organisasi karena ketika kita mengetahui sebenarnya di dalam organisasi menyimpan jutaan bahkan ribuan pngtahuan yang harus digali. Organisasi merupkan salah satu pendukung atau merupakan salah satu alat tuk meningkatkan yang namanya kemampuan diri. Kalau kita sadar pendidikan di kmpus hanya 25% saja sisanya di masyarakat dan di dalam organisasi. Kalau kita logikakan apakah kita sudah puas hanya belajar dikampus yang notabenya hanya 25%??? Saya rasa kaum pendidik akan marah dan kesal apabila dikatakan bangga hanya 25% saja. Makanya disinilah organisasi sangat dibutuhkan peranannya. Sehingga masuk didalam organisasi kita akan memiliki persaingan (musuh positif) untuk meningkatkan kualitas kita. Nilai tamba misalnya ketika masuk dalam sebuah kepanitiaan: (1) Dengan menjadi anggota panitia suatu kegiatan, kita mendapat pengalaman berorganisasi. Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Ada yang berpikir cepat dan nyambung dengan pikiran kita, namun ada juga yang lemot dan kurang nyambung. (2) Dengan kesibukan tambahan ini, mau tidak mau kita harus belajar strategi menyatukan visi, membagi kerja, dan menjalankan tugas. Istilah kerennya, job description masing-masing tugas harus jelas. Berbagai benturan yang mungkin terjadi saat menyatukan visi, tentu akan menjadi tambahan pengalaman tersendiri. Begitu pula saat pembagian kerja, kita menjadi terbiasa untuk bekerja secara team work, saling bahu membahu, mendukung satu dengan lainnya. (3) Selain memperoleh pengalaman berorganisasi, kita juga mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang yang kita kerjakan. Misalnya, bila bertugas sebagai seksi humas kita akan mendapat pengalaman bagaimana berhubungan dengan orang lain di luar kelompok sendiri, bagaimana mempromosikan kegiatan yang kita buat dan media yang akan digunkan.
Kehidupan kampus telah menjadi bagian besar kehidupan mahasiswa. Di satu sisi, seorang mahasiswa dituntut untuk selalu menggunakakan kesempatannya guna memperkaya khazanah pengetahuan akalnya, sedang di sisi lain, seorang mahasiswa harus mampu menunjukkan kelebihannya dalam berbagai segi. Pemanfaatan waktu yang memang sudah seharusnya diperhitungkan sejak awal, sudah harus menjadi tantangan bagi seorang mahasiswa dalam pemanfaatan kesempatan yang dimilikinya.
     Porsi atau bagian terbesar dari ilmu pengetahuan diperoleh pada masa kuliah, sedangkan yang diberikan oleh sebuah organisasi adalah mengusahakan tambahan ilmu dalam rangka stadium general untuk menjadikan insan akademik seorang mahasiswa menjadi seorang cendikia yang berwawasan lengkap dan bulat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu agar mahasiswa tidak hanya berpikir dalam alam spesialisasi disiplin ilmunya.
Sebagai closse stagement saya bahwasanya Kebebasan akal akan membentuk kemerdekaan berfikir seseorang akan tetapi diperlukan landasan moral dan keyakinan yang seimbang. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk satu tujuan akan tetapi setiap jalan punya sekat yang berbeda. Maka proses adalah segalanya sampai pada keyakinan dalam rasa yang bukan kata-kata. Mari hanyut dalam proses perjalanan yang tak berbatas. Aku hanya manusia yang lahir dari perut ibuku dialah wanita paling mulia bagiku di dunia ini, aku dilahirkan dalam keluarga sederhana, rasa syukur yang tak terhingga aku bisa hidup dan diberi nikmat yang sanggat luar biasa ini, layaknya manusia lain aku harus bisa menghargai rasa syukur ini dengan segala sesuatunya. Untuk itu kenalilah aku dengan apa adanya bukan dengan adanya apa!!!
“Tak ada kata lusa untuk hari kemarin dan tak ada kata panjang untuk hari esok.  Jika hari esok sudah tidak bisa merubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini masih bisa merubah apa yang akan terjadi pada hari esok. Selamat menempuh asa tersisa!!!”
Bottom of Form

Tidak ada komentar: