Kamis, 30 Oktober 2014

AKU DAN MALAMKU

Malam ini sebenarnya seperti malam malam sebelumnya.
Jari jemari terus menari di atas tombol-tombol pelepas rasa.
Mengringi sang malam merayap naik menuju larut.
Kucoba menikmati malam agar tak terburu buru meninggalkan jejak senjah.
Kelopak mata masi saja terbuka lebar akibat secangkir kopi hitam.
Kucoba meretas akal dalam imaji.
 Merasakan dekapan dan cumbuan sang bayu malam.
Menghadirkan sosok si hitam manislesung pipi.
Sebagai pelampias rasa yang semakin membuncah.
Sosok itu bagaikan roh yang melayang layang.
Membuat ku terhempas jauh mengitari alam imaji.
Nyaman menikmati desauan sang bayu malam.
Berharap sosok itu tetap menemani aku dam malamku.

Selasa, 28 Oktober 2014

HARI SUMPAH PEMUDA 28 Oktober 2014


Hari sumpah pemuda bukanlah hari yang asing kedengarannya di telinga kita semua sebagai warga negara Indonesia, terlebih kaum muda Indonesia. Dimana hari ini kita kemudian kembali mengenang jasa para pemuda di waktu silam yang dengan kegigihannya melawan para penjajah serta mengkumandangkan sumpanya sebagai salah bentuk kecintaan akan tanah air. “Lupa sejarah maka lupa identitas” memang benar kalimat seperti ini, Karna sangat disayangkan ketika kita sebagai kaum muda terlebih bagi seorang mahasiswa tidak turut serta melanjutkan visi dari pada kaum muda waktu itu yang hidup dalam tekanan para penjajah. Hari ini kita memperingati kembali peran para pemuda tanah air yang ke 86 tahun. Untuk memperingati kegigihan para pemuda tanah air waktu itu mahasiswa Makassar yang berada di berbagai kampus melakukan aksi berupa orasi di setiap tempat yakni di fly over, di Jl AP Pettarani Makassar dan di tempat lainnya. Tetapi sayangnya niat baik para mahasiswa kadang sangatlah kontraversi dengan makna mengenang jasa pahlawan/para pemuda yang sesungguhnya. Hal ini seperti dipertontonkan oleh mahasiswa UNM saat melakukan demonstrasi. Aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa ini kemudian berdampak pada pertikaan. Kericuhan terjadi di Jl AP Pettarani Makassar, Selasa (28/10/2014). Terdengar tembakan dan teriakan. Mahasiswa melemparkan batu ke polisi dan berlarian ke kampus. Awalnya, aksi berjalan biasa. Puluhan mahasiswa berorasi tentang Sumpah Pemuda. Puas berorasi, mereka memblokir jalan di depan kampus Universitas Negeri Makassar (UNM). Saat itulah, polisi bergerak. Mahasiswa tak mau dibubarkan. Polisi menembakkan gas air mata. Suasana jadi riuh. Mahasiswa membalas tembakan dengan lemparan batu. Meski sempat mundur, mahasiswa masih menghujani polisi dengan batu. Setidaknya hal ini terjadi 2 kali. Pukul 17.00 Wita, mahasiswa berada di kampus. Sedangkan polisi bersiaga di kantor samping kampus UNM. Batu-batu berserakan di jalan. Tak jauh dari lokasi bentrokan, beberapa waktu sebelumnya mahasiswa juga bentrok dengan polisi. Sedangkan di kantor gubernur Sulsel, mahasiswa bentrok dengan Satpol PP. Bentrokan terjadi selama 15 menit. (Sumber : DetikNews.
Saya yang berstatus mahasiswa juga tidak membenarkan tindakan yang dilakukan oleh rekan-rekan mahasiswa seperti ini. Berbicara tentang mengenang berarati kita kemudian kembali merefleksi atau merenungkan niat suci dari pada pemuda tanah air waktu silam serta mempertanyakan kepada diri kita sendiri bahwa sudah sejauh mana peran kita sebagai agen of change. Di kampus saya kampus UVRI Makasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan mengenang hari sumpa pemuda dengan renungan malam. Renungan ini dipimpin oleh Pembantu Dekan I Fakuktas FKIP. PD I FKIP, Bapa Mustain Tahir mengatakan mewakili birokrat kampus sangat mengapresiasi kegiatan positif yang dilakukan mahasiswa.  “Kegiatan seperti ini lebih bermanfaat dari pada aksi mengganggu masyarakat umum. Renungan ini juga sebagai kesadaran diri tentang bagaimana sumpah pemuda sebagai generasi penerus. Memeringati hari Sumpah Pemuda, mahasiswa UVRI Makassar kompak pakai baju dan celana hitam. Mahasiswa yang berasal dari lima jurusan berjalan kaki dari kampus UVRI II Antang menuju Taman Makam Pahlawan. Mahasiswa berjalan kaki dengan berbaris rapi di pinggir jalan. Sekitar 200 mahasiswa bermasud melaksanan malam renungan di TMP Panaikang. Acara ini dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda ke-86 tahun. “Kita tetap aksi damai. Kami berjalan kaki dari kampus hingga ke taman akam pahlawan, ini sebagai bentuk ajakan kepada sekitar pengguna jalan agar bersama-sama memperingati hari sumpah pemuda di taman makam pahlawan,” ujar Ketua BEM FKIP UVRI Makassar, Abner Pampang.  Bukan berarti kita juga melakukan hal yang sama seperti para pemuda waktu itu dalam mengusir penjajah dengan perang batu bersama para polisi. Sebenarnya beda konteks antara kita sekarang dengan mereka yang dulu. Berdasarkan hemat saya para pemuda jaman sekarang, ketika melakukan demonstrasi cenderung berujung pada anarkis. Ya. Kalau menyampaikan tuntutan maka yang wajarlah bukan dengan tindakan yang berdampak pada pengguna jalan terlbih para tukang becak yang kesehariannya berada di jalan. Makanya setiap kali aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa saya jarang untuk bergabung. Karena berdasarkan hemat saya bahwa ketika kita melakukan demonstrasi dengan berorasi di jalan tidak akan menghasilkan apa apa dan kaluapun ada hasilnya namun saya kira itu tidak secara total. Kenapa saya katakana demikian? Jawabannya sederhana karena yang menjadi target tuntutan adalah orang-orang yang jauh dari jalan maka jelas bahwa tuntutan kita tidak bakalan didengar. Kalaupun ada yang dengar mungkin setelah selesainya demonstrasi lewat membaca berita di surat kabar atau lewat televisi. Maka jelas bahwa tidak ada efek positifnya sedikitpun dari kegiatan seperti ini. Apalagi para elit sekarang rata rata tergolong manusia apatis atau cuek dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa karena bagi mereka hal ini merupakan lagu lama alias sudah basi. Dan saya yakin bahwa para elite sekarang itu dulunya sama seperti kita sekarang yang turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Dan mungkin mereka yang dulu lebih keras dari pada kita yang hidup di era skarang. Bayangkan saja mereka yang hidup pada masanya Pak Suharto yang berkuasa selama 32 tahun. Maka para elite tidak bakalan takut dengan orasi kita yang kedengarannya samar–samar karena mungkin oratornya sedang dalam keadaan takut. Hehehehe J J.
Kalau menurut saya, kita segera tinggalkan budaya yang konyol itu. Kalaupun melakukan aksi, ya tidak usalah di jalan yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat. Saya kira ada tempat sebagai penyalur aspirasi yakni pada para wakil rakyat. Dan alangkah lebih bagusnya dengan cara melakukan dialog terbuka bersama mereka. Dan setelah selesai dialog, bukan berarti selesai juga kegiatanya. Nah, agar hal yang kita inginkan bisa dijawab atau dilaksanakan maka harus butuh yang namanya pengawalan secara intensif atau mungkin dengan cara yang lain yang tidak berujung pada anarkis atau pertikaian antara mahasiswa dengan polisi atau mahasiswa dengan masyarakat.
Berbicara tentang demonstrasi maka hemat saya sejauh ini tentang demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa tidak semuanya benar benar lahir dari hati karena biasanya ada orang pintar tapi tolol lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya. Demonstrasi atau aksi era sekarang sepertnya ini tidak lagi mengunakan alur atau tahap misalnya sebelum turun ke jalan harus adanya penelusuran isu atau kajian isu, target masa dan lain sebagainya yang berkaitan dengan manajemen aksi, sehingga tidak mencedrai mahasiswa sendiri, terlebih bagi mahasiswa baru atau MABA yang masih buta soal aksi kemudian digiring masuk dalam barisan para demonstrasi yang sering dijadikan umpan peluru para seniornya. Makanya jujur bahwa saya tidak terlalu simpati dengan yang namanya aksi apalagi aksi konyol. Bagi saya mendingan tidur dari pada harus berpanas panasan di jalan yang berujung pada anarkis dan hasilnya juga tidak tercapai. Dan lebih tidak enaknya lagi ada mahsiswa yang pulang kelaparan di kos karena nasinya belum dimasak. Saya sangat mengagumi keberaniannya rekan rekan mahasiswa yang melakukan demonstrasi tapi sayangnya setelah selesai demonstrasi semuanya juga selesai tanpa memikirkan lagi tentang tuntutannya apakah di realisasikan atau tidak. Maka hasilnya sama dengan bohong.

Senin, 27 Oktober 2014

CORETAN DINDING


Gelap sudah menyelimuti bumi namun aku masih saja menepih di bawa emperan kampus kuning/kampus veteran yang selalu menebarkan senymnya seolah tak rela membiarkanku meninggalkannya. Jari jemari terus menari di atas papan keyboard merangkaikan kata lalu kalimat dan membentuk sepenggal cerita tentang jejak-jejak hati merai cita dan cinta.  Semua jejakku akan kusematkan pada dinding Blogku http://watowuan.wordpress.com/ dan http://watowuantyno.blogspot.com/ sebagai kisah terindahku selama perjalanan hidupku mulai dari awal aku mengenal cumbuan dunia hingga aku menjejalkan kaki di atas tanah Daeng ini dan mungkin sampai Sang Pemilik Kehidupan menjemputku untuk kembali. Kisahku mungkin bisa berguna bagi anak cucuku kelak. Aku akan dikenang sebagai Sang Pemimpi yang selalu mengisahkan setiap perjalanan hidupnya diatas kanvas langit. Tak tau kenpa aku yang mulanya bertendensi pada matematic dan kuliah matematic kini lebih bermuara pada dinding imajinasi, membingkaikan rasa dalam kata merangkaikan kata dalam larik-larik kalimat penuh makana. Berharap semua kisahku secepatnya didokumentasikan menjadi sebentuk buku. Ya, mudah mudahan ada pelican alias fulus.

MALAM PANJANG

“Bintang – bintang kian sirna ditelan malam, kesunyian berbalut dengan kehampaan, bertaburan harapan walau hanya angan sesaat bagai arus menderu tanpa diketahuarahnya. Dedaunan berjatuhan dan berguguran, ranting – ranting bagai dawai tak bersenar, deburan ombak menghantam karang.  Saat kau tak ada di sini diriku terpenjara di sudut sepi. Suda tak terhitung lagi waktu untuk melupakanmu namun tak perna bisa 
dan tak akan bisa melupakan dirimu”
*(Watowuan Tyno)*
"Malam Panjang"
Di antara banyaknya waktu yang tercipta dalam sebuah kehidupan mungkin waktu malam yang menjadi favorit sebagian orang. Waktu yang diciptakan untuk menikmati indahnya ciptaan Sang Kuasa dan waktu yang diciptakan bagi insan untuk memberikan hak – hak tubuhnya dari segala angkuhnya kehidupan dunia. Waktu malam merupakan sebuah moment yang paling tepat untuk membiarkan pikiran menerawang kehidupan fase demi fase sambil menikmati rahmat dan anugrah dari Sang Pencipta, kita bisa menjelajah dan mengingat jauh dalam memori kita. Namun ada juga yang menikmati dunia malam dengan cara yang berbeda, dengan dunia hiburan yang serba glamour, dengan dunia bola yang dipenuhi teriakan pendukung tim idola, atau mungkin dengan terdiam, berpikir, sambil menyusun dan merangkaikan kata menjadi sebuah kalimat yang menarik. Setiap orang punya cara sendiri menikmati malam, termasuk bersimpuh dan berkomunikasi dengan Sang Pembolak balik hati.
Bagiku malam ini adalah waktu yang tepat untuk menikmati kegelisahan. Dia tak pernah bising, sesekali lafalkan sepi yang menggerogoti masa dan selalu hadir di antara pekat serta memberikan hitam di atas gemerlap sudut dunia, dan aku akan terus menjaga malam agar tetap gelap. Sekarang tak akan ku biarkan malam berjalan cepat. Biar tak perlu tergesa-gesa menyudahi hari. Agar tak terburu-buru menanggalkan angka. Supaya tak usah bersusah payah menelurkan kenangan.  Biarkan kita sama-sama merasakan diam yang paling sunyi. Tanpa harus ada mulut yang menganga. Tanpa ada ucapan mematikan. Tanpa riuh ramai suara. Hanya kita, aku dan malam panjang. Dia begitu tahu, malam ini sebenarnya aku ingin berteriak, aku ingin memaki, aku ingin marah. Sungguh aku ingin sekali marah, aku benar-benar ingin memaki, teramat ingin bisa berteriak sejadi-jadinya. Tetapi itu semua hanya sekedar ingin. Keinginan yang akhirnya tak bisa aku lakukan. Karena dia selalu melenyapkan keinginan itu bersama hening. Hening yang paling senyap yakni diam. Dia lalu terdiam, menatapku dengan pandangan kosong. Selalu saja begitu. Setiap malam. Aku benci tatapannya. Sungguh membuatku tak jadi ingin berteriak.
Tak jadi ingin memaki, tak jadi ingin marah, hanya ingin diam bersamanya. Bersama heningnya, bersama sunyinya dan tangisnya yang tak pernah bersuara. Malam ini dia kembali bersembunyi bersama gelap. Mengendap dalam lelap, memaksaku mengejar bintang di atas cakrawala yang mendung dan hamparan pekat yang tak ada ujung, gelap dan  hitam. Kini aku yang terdiam membisu. Mendekap malam bersamanya, bersembunyi dibalik gelapnya, dan tangis itu kian pecah membingarkan malam. Sekarang, tak akan ku biarkan malam berjalan cepat.
Biar tak perlu tergesa-gesa menyudahi hari karena siang pun tak sanggup lagi memberikanku pelangi. Biarkan hitam warnai langitku, biarkan bintang yang terangi langitku.
            Gelap sudah bergelayut disini, hujan menyisakan genangan genangan air dalam kolam - kolam kecil di halaman kos. Tapi aku masih saja mematung menepis kesunyian. Mulai ku julurkan telunjuk mengukir sisa - sisa bayangmu di atas kertas lusuh.  Aku lupa saat mulai membuat sketsa wajahmu karena semburat senja tadi menghalangiku menatap dirimu lebih lama. Ternyata memoriku jauh lebih kuat dari itu, bukan wajahmu yang aku lupa tapi seberapa lama aku mengenalmu yang aku lupa, karena jam dinding pun tak mau bercerita tentang sejak kapan ku tawarkan kehangatan itu pada.  
            Dengarlah aku akan bercerita tentang sekeping hati yang kusisakan untukmu. Benar, kau benar.. Sekeping hati itu tidak akan ku satukan pada sekeping hati yang masih rancu bagimu. Karena ada seonggok hati utuh yang telah kau genggam lebih dahulu. Tapi kenapa kau ragu? aku tidak akan memintamu memungut kepingan hati itu untukku. Aku hanya meminta kau biarkan saja kepingan hatiku berkelana sesuka hatinya sampai waktu menghentikan langkahnya. Tahukah kau, buah kata yang akan ku lantunkan di setiap sembah sujudku kepada Sang Pembolak balik hati. Ya tentu, tentu ada namamu, ada doa ketentraman dan kesehatan untukmu. Andai kau tahu, saat ini aku tidak pernah punya angan jauh bersamamu, dapat melihatmu tersenyum saja sudah melepaskan gundahku. Aneh memang, jangankan kau. Aku saja bingung dengan perasaanku. Aku tak ingin memiliki mu hari ini, tapi aku ingin kau tetap ada disini menjadi senandung tidurku. Biarlah sayapku kembang dengan bayangmu. Sungguh indah, benar - benar indah rasa ini.  
Tuhan memberikan aku sebuah rasa keikhlasan yang lebih kuat dari rasa inginku. Tuhan pun mengulurkan tanganNya dengan murah hati untuk menampung rasa yang telah aku titipkan padaNya. Aku tak pernah takut, aku tak pernah sedih, karena aku bukan seekor kukang yang selalu malu - malu menampakkan meganya. Aku adalah seekor semut yang akan selalu mengangkat beban jauh lebih berat tanpa mengutuk-ngutuk adam dan Tuhannya karena Tuhan memberikan aku sebuah rasa dengan keikhlasan yang tiada terkira.
            Indah, sungguh, dan rasa itu yang menuntunku untuk menepis kesendirian itu. Supaya kau tahu, aku tak sebejat itu. Tidak, aku tidak akan membagi sekeping hati yang telah aku sisakan untukmu kepada para pengembara baru yang mencoba untuk singgah dan berlabuh disana. Karena aku akan membiarkan sekeping hati itu tertanam dan mengakar hidup dalam semak-semak rindu yang terkadang berbuah dan berbunga atau terkadang hanya akan menjadi makanan ulat-ulat kecil saja.
Sekarang aku hanya ingin menjadi yang terbaik untuk diriku. Karena aku bukanlah manusia yang sempurna rupa, tapi aku hanya seseorang hamba sederhana yang mencintaimu dengan bersembunyi di balik doanya. Bukan disini aku menunggumu, bukan hari ini ingin aku memilikimu tapi nanti. Suatu hari jika torehan tinta takdir Sang Pencipta tergores bersamamu di mahligai keindahannya.
            Terima kasih untuk setiap rintisan rindu yang tumbuh kian rindang dan rimbun. Aku membiarkannya menjadi penyejuk di pelataran jiwa. Aku beranikan untuk menegaskan bahwa tak akan aku ijinkan siapapun memetik daun rindu ini. Biarkan ia bermekaran bersama bunga-bunga kasih.
Bergelut dengan aroma bening wajahmu yang membayang selalu. Untuk semua rindu yang aku rangkul dalam berat yang membebani. Untuk semua sketsa indah di malam-malam mimpiku. Semua berarus pada sebentuk kata penuh warna - warni rasa. Engkau seperti ramuan yang memberi aku kekuatan kepada kebimbangan yang tak kunjung berhenti untuk terus difikirkan. Namamu kian terukir menjadi nyata. Kepada bisu yang tak pernah bersuara walau hanya mengatakanya kepada angin, kau  benar-benar begitu tangguh diam dalam lipatan seribu bahasa.
            Pada semburat cemas yang memikirkanmu dalam diam. karena tanganku tak akan menyentuh, suara pun tak akan aku beranikan berbisik mengisi ruang kecil dalam telingamu.
Karena selaksa rindu itu kutahan dan kutangguhkan, semua aku semayamkan aku memupuknya supaya beranak pinak, melahirkan rasa yang bersahaja, merangkum setiap kisah – kisah, mengabadikanmu dalam penjara traili hatiku.
Sekali lagi pada sepi di bawah temaram malam, taukah kau sebagai temanku dalam bisik - bisik nada menyebut namanya. Hanya antara aku dan kau temaram malam yang tahu  aku meniti pada titah langkah memperpantas diri.
            Hari-hari menjadi tumpukan waktu merangkai pecahan-pecahan mozaik terserak yang kian menjadi teka-teki terbaca. Karena namamu terbaca untuk sebuah makna. Makna dalam penantian penuh kesungguhan hingga tiba waktunya Sang Pemilik Cinta mengikat kita dengan tali harapan.

Minggu, 26 Oktober 2014

KADER SEPERTI APA YANG KAU HARAPKAN???



Malam ini aku duduk bersama junior-juniorku di dalam secret Himpunan Mahasiswa Matematika. Belum lama juga aku langsung di tawarkan untuk makan bersama mereka. Maklumlah anak secret makannya cuma mie. Hehehe :) Setelah selesai menyantap mie buatan mereka, aku langsung disuguhi rokok clasmild, walaupun clasmild bukan levelku namun apalah daya demi mulut yang sepertinya memberontak minta pelicinnya dengan terpaksa dihisap dengan gayaku saat merokok layaknya rokok surya. Tak lama kemudian mereka lebih memilih main domino. Aku sepertinya kehilangan arah. “Apa yang harus aku lakukan” pikirku. Terlintas dalam pikiran, dari pada duduk kosong tidak ada kerjaan mendingan aku meaminkan jemariku di atas papan keoboard. Pikiranku mulai melambung tinggi ke langit kelam memikirkan judul yang bagus untuk mengiringi tarian jemariku. Otak ku langsung memberikan intruksi kepada jemari bahwa judul yang bagus adalah “Kader seperti apa yang kau harapkan?" Padahal kadang masih bingung kader itu apa sih? mengkader itu seperti apa sih? Kader itu untuk apa sih?
Ya, terkadang saya bingung dengan pertanyaan macam itu. Berangkat dari kebingunganku, aku langsung mengunjungi om google mengingat kampus kuning ada jaringan WiFi. Ternyata arti kader di otaknya om google, jawabannya banyak sekali, jadi tidak sulit menemukan arti kata ini. Satu pertanyaan yang aku rasa sangat sulit mencari jawabannya adalah "bagaimana mengkader yang baik? Hah, rasanya sulit sekali menemukan jawaban yang valid. Sudah sering berkelana di banyak organisasi, sudah sering melihat naik turunnya kepemimpinan di sebuah organisasi, sudah cukup lama belajar dikader dan mengkader, sudah cukup sering mendengar pernyataan "Bagusan zaman kita ya? yang sekarang, ya begtulah seperti yang kita lihat!" Emmm, berkacalah pada pernyataan pertama, "Bagusan zaman kita ya?" Bukankah seharusnya kita yang malu? ketika sudah berhasil menciptakan organisasi yang berdiri dengan baik, bukankah seharusnya kita juga bisa menciptakan kader yang lebih baik dari kita? Bukankah kader yang baik yang kita ciptakan pasti bisa memajukan organisasi yang kita tinggalkan, jadi bukankah artinya kita yang gagal kalau prestasi organisasi kita merosot? Apa yang salah dari kader yang kita didik? "Renungkanlah pernyataan ini ketika kalian merasa organisasi kalian berjalan mulus pada saat kepemimpinannya kalian, tapi kalian merasa kepemimpinan selanjutnya kurang bagus atau tidak seperti yang diharapkan. Pernyataan kedua yang juga sering sekali aku dengar, " kader yang sekarang sepertinya sangat apatis ya" Ehhmm, jika aku telusuri pernyataan “apatis” ini sekadar perasaan kita saja mungkin. Pernyataan seorang senior yang merasa tidak dihargai juniornya. Tapi, lagi lagi, saya minta kalian yang mengeluarkan asumsi ini bercerminlah terlebih dahulu sebelum berbicara. Sudahkah kalian turut memberikan perhatian atau mengkader mereka berada di organisasi yang kalian tinggalkan? jangan-jangan, kalian itu cuma senior yang datang kemudian membentak dan marah-marah saat masa penerimaan anggota baru (MPAB). Jangan-jangan kalian cuma senior yang ketika selesai, terus langsung meninggalkan jeniornya tanpa sesekali membantu mereka mengurus organisasi, atau bahkan sekedar mampir di secret dan curhat-curhat sama jenior saja kalian tidak pernah. Terus, ketika kalian datang untuk marah-marah pada saat kegiatan masa penyambutan anggota baru (MPAB). Wajarlah jika mereka cuek, kenal saja rasanya tidak dengan kalian, lalu marah-marah, hak kalian apa? oke, mungkin ini belum masuk ke inti permasalahannya, kita sambung nanti di sesen 2, di lain kesempatan. Oke!!!