Dunia Kampus |
Kata sebagian orang bahwa masa-masa yang paling indah adalah
ketika kita berada di bangku sekolah menengah, namun sesuai dengan apa yang
saya rasakan ternyata masa dimana masa-masa paling indah sebagai seorang remaja
di saat mengarungi kehidupan di dalam dunia yang penuh gejolak ini adalah masa
kuliah. Karena kita bisa mengekspresikan segala sesuatu lewat kreativitas dan
mengeksploitasi potensi atau kemampuan yang terselubung dalam diri kita, serta
semua problematika dan berbagai macam pengkerdilan atau pembelengguan tampaknya
terkubur dalam-dalam pada masa ini. Tidak heran bila segala sesuatu terkesan
bebas tanpa ada batasan atau pengikat sehingga kita menganggap bahwa kita adalah
raja di atas segalah raja untuk segala sesuatu yang dilakukan. Di masa ini juga
merupakan masa dimana kita yang masuk dalam kategori remja berstatus mahasiswa mulai
mengenal dan mengetahui arti dari persahabatan, mengenal Tuhan lebih dekat lagi
di kala rasa gunda mulai melanda asa dan angan, lawan jenis, rasa mencintai
seseorang ataupun gejolak batin seorang remaja yang terungkap dan terpancar dalam
berbagai jenis kenakalan.
Pada dunia remaja saat ini, sebagian remaja yang beruntung
dan memang mumpunyai keinginanan untuk menjadi beruntung, tidak akan asing lagi
dengan istilah kuliah ataupun ngampus. Disinilah kita mulai mengetahui apa yang
namanya hidup mandiri, karena sebagian besar kita sebagai mahasiswa biasanya
akan memulai sebuah kehidupan baru dimana kita akan hidup terpisah dengan orang
tua dan para saudara untuk mencari seberkas harapan dan seribu kepastian demi
cita dan asa yang telah kita gantungkan di tanah perantauan. Di samping mulai
mengenal kehidupan mandiri, kita juga mulai mengenal kehidupan bebas tanpa
adanya pengawalan lagi yang mungkin mengawasi diri kita pada saat zaman masih
duduk di bangku sekolah. Serasa semua tali yang meliliti kebebasan terlepas dan
mulai bisa bergerak bebas kesana-keamari tanpa adanaya peraturan yang mengikat
lagi. Maka disinilah pentingnya pengawasan diri sendiri dan juga harus cermat dalam
memilih kondisi lingkungan.
Di dalam dunia kampus sendiri terdapat berbagai macam
organisasi, seperti organisasi internal kampus di tingkat fakultas sampai
tingkat universitas dan juga ada organisasi eksternal seperti organisasi daerah
(Organda) dimana organisasi ini sebagai tempat berkecimpungnya oang-orang yang
berasal dari satu daerah dan masih banyak lagi. Dalam organisasi kita akan dididik
untuk bagaimana kita bisa berorganisasi dan bersosialisasi ataupun berpolitik
walaupun organisasinya bukan bernafaskan politik. Karena memang kehidupan di
dalam kampus sendiri pun penuh dengan unsur-unsur politik seperti di kampus
saya sendiri Kampus II UVRI Makassar. Mulai dari posisi rektor sampai dengan posisi
karyawan biasa yang notabenya karyawan rendahan pun mulai melebur dengan sistem
politik di dalam dunia kampus. Dan bukan saja untuk para birokrasi kampus namun
dalam organisasi kemahasiswaan pun ada unsur politiknya yang sering terjadi
menjelang pesta demokrasi pemilihan ketua yang baru. Maka dari itu mahasiswa
dituntut agar sekiranya mampu beradaptasi dalam mengarungi miniature kehidupan
di tengah derasnya arus globalisasi. Nah,, lagi-lagi peran kita yang dituntut dalam
menentukan mana organisasi yang ingin digeluti sesuai dengan pribadi kita
masing-masing. Dalam kegiatan yang sesungguhnya ada dalam organisasi itu
sendiri tidak selalu bermuara pada demonstrasi. Tapi masih banyak
kegiatan-kegiatan positif yang menjadi program atau arah yang hendaknya
ditempuh. Output yang diharapakn dari kegiatan-kegiatan dalam organisasi adalah
agar kita bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan yang paling penting
adalah sebagai bekal yang sangat muliah ketika kita melepaskan almamater
kebesaran atau ketika kita sudah selesai menjalankan proses studi untuk kembali
ke kampung halaman, mengaplikasikan sisi positif yang telah kita dapatkan
selama ini untuk perkembangan kampung halaman kita dan agar setidaknya masyarakat
kita tidak lagi terjebak dalam kebobrokan atau pemikiran naïf yang sering kali
melenceng jauh dari yang sebenarnya tentang peran mahasiswa.
Menggali potensi diri dengan
berorganisasi itu sudah jelas dan bukan hal yang asing. Sudah banyak yang mengatakan
demikian. Sebuah organisasi memiliki ketua, disini kita belajar
menjadi pemimpin, sesuai dengan visi dan
misi organisasi ataupun sesuai dengan harapan anggotanya agar tidak terjebak
dalam labirin kebodohan dalam menjalankan fungsi dan peran yang sebenarnya sebagai
seorang pemimpin, bukan seperti sebagian pemimpin di zaman sekarang yang selalu
mementingkan diri sendiri atau pemimpin yang rakus atau mata duitan. Dan
kalaupun tidak menjadi seorang pemimpin atau hanya menjadi anggotapun kita bisa
berkreasi dan mengembangkan apa yang menjadi potensi kita.
Diliat dari berbagai sisi, dunia kampus
lebih beragam ketimbang dunia sekolah dan dunia kampus lebih bebas dan terbuka.
Karena itu, kita juga perlu berhati-hati dalam rana ini. Tidak semua perkumpulan
atau organisasi itu baik. Artinya bahwa kita dituntut agar berhati hati dalam
memilih organisasi yang benar-benar menjadi wadah dalam mengaktualkan potensi
yang baik. Kita ke kampus itu pastinya mempunyai satu tujuan yaitu untuk
belajar.
Namun ketika
kita mencoba untuk mengkontruksikan arti dari pada belajar maka sebenarnya belajar
itu sendiri bukan hanya mempelajari hal-hal yang akademis saja, tetapi non akademis
juga. Di sisi lain ada juga yang mengatakan berorganisasi itu dapat mengganggu
aktivitas kita sebagai seorang mahasiswa. Namun disini saya mau katakan bahwa
orang yang mengatakan hal demikian adalah orang yang super goblok. Kenapa saya
katakan demikian? Suda jelas jawabannya sederhana sesuai dengan kenyataan yang
saya alami selama ini sebagai seorang mahasiswa yang boleh dikatakan sangat
aktif dalam organisasi baik internal maupun eksternal. Buktinya jelas
bahwasanya saya sekarang sudah menyandang gelar S.Pd (Seerjana Pendidikan) sesuai
target dan ketentuan yaitu empat tahun. Apa yang sebenarnya menjadi salah satu
faktor penghamabat aktivitas perkuliahan yang sering menimpa sebagian besar
mahasiswa pada umumnya sampai-sampai mendapat gelar moyang kampus?. Jawabannya kembali
kepada diri kita sendiri yakni bagaimana caranya memenej atau mengatur waktu, baik
dalam mengikuti kegiatan organisasi maupun perkuliahan sehingga tidak terjebak
dalam over dosis organisasi. Karena seyogyanya antara organisasi dan akademis
memang sangat erat keterkaitanya atau adanya korelasi antara keduanya.
Sebagai
closse stagement saya bahwasanya Kebebasan
akal akan membentuk kemerdekaan berfikir seseorang akan tetapi diperlukan
landasan moral dan keyakinan yang seimbang. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk satu tujuan
akan tetapi setiap jalan punya sekat yang berbeda.
Maka proses adalah segalanya
sampai pada keyakinan dalam rasa yang bukan kata-kata.
Mari hanyut dalam proses perjalanan yang tak berbatas.
Aku hanya manusia yang lahir dari perut ibuku dialah wanita paling mulia bagiku
di dunia ini, aku dilahirkan dalam keluarga sederhana, rasa syukur yang tak
terhingga aku bisa hidup dan diberi nikmat yang sanggat luar biasa ini,
layaknya manusia lain aku harus bisa menghargai rasa syukur ini dengan segala
sesuatunya. Untuk itu kenalilah aku dengan apa adanya bukan dengan adanya
apa!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar