Minggu, 24 Agustus 2014

RASA YANG MENGGELORA

“Ini hanya tentang rasa yang harus disampaikan meski lewat puisi
kuharap kau bisa memahaminya, tak banyak keinginan hati ini,
 aku menyayangimu dalam diamku, aku merindukanmu
 dalam diamku, aku mencintaimu dalam diamku,
 aku milikimu dalam diamku”
*(Watowuan Tyno)*

Ia demikian deras mengalir, beriak-riak menyusuri alur dalam ruang-ruang hati, kadang bergemuruh, arusnya deras meruah, meliuk-liuk mesra, kadang juga arusnya  pontang-panting.
            Aku menyuruh langit  untuk menyaksikanya, awan serupa menentramkan dengan  penyuguhanya, dihinggapi serabut yang mempesonakan jiwa, seperti hati ini direngkuh, ia menyadarkan  aku yang sekarang berada dalam kecepuk rindu, ia menyusul menggubah tatanan dan melahirkan warna-warni keangungan yang lain yang terus mengisi gairah semangatku.
            Beginilah syairku, yang terus menerus menumbuhkan sayap, laksana aku bertandang untuk menyiasati setiap gerik-gerik aneh yang menyemburat asing di hati.
Seperti desir angin menyisir dengan lembut tak terperi, membelai lembut sukmaku  dengan semayam yang memabukan, kadang bergelut dengan ragu dan segumpal perasaan. ‘’Kau kah yang selama ini ku cari?”.
            Beragam anyaman perasaaan yang terus mengikat raguku menjadi kencang. Semua di sebabkan karena bekalku masih belum cukup. Demikian jika hati dijemput oleh kesucian yang tertambat, tak pernah bisa lepas, ia terus  mengalir deras, aku sadar  segalanya memang benar-benar terukur dan jelas, tapi aku tak bisa menimbang - nimbang logikaku dan aku pun setengah takut dengan apa yang menerpaku, merasa ragu dengan penantiannya panjang. Aku merasa aneh dengan warna-warni perasaan ini. Semua benar-benar berdiri dibawah pilar keyakinanku, bersemayam di dalam tatanan altar jiwa yang  suci. Kuncup itu seperti merekah indah, memberi semacam aroma yang membuat jiwa-jiwa lesu bangkit untuk sebuah kesungguhan, kesungguhan untuk memilikinya dalam sebuah harapan.
            Pertemuan itu menjadi awal yang indah namun sekali lagi aku  tak berniat tergesa-gesa mendahului waktu. Oleh karena cinta itu Suci, Allah lebih berhak atas cinta ini untuknya. Aku lebih memilih memantaskan diri sambil terus belajar. Semua akan menjadi penghias dalam pahatan kata-kata yang senantiasa aku rasukan dalam tulisan.
            Teruntuk kau bidadari hati, bayangmu menggenang dalam telaga berfikirku. Doaku akan senantiasa aku kumandangkan ke langit, kepada Sang Pemilik cinta agar mempertemukan kita nanti di ujung waktu.

Tidak ada komentar: