Minggu, 24 Agustus 2014

"JERIT-JERIT EGOKU"

“Tak ada kata lusa untuk hari kemarin dan tak ada kata panjang untuk hari esok.  
Jika hari esok sudah tidak bisa merubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini
masih bisa merubah apa yang akan terjadi pada hari esok”
*(Watowuan Tyno)*


Aku dan hidupku tak saja mengurung diri dalam kelamnya ruang sempit berdinding seng, aku selalu berdialog dengan dunia luar lewat alam imajinasi. Aku mencari dan memberi makna bagi perjalanan hidupku di dunia. Aku belajar gelisah, aku belajar cemas, dan akupun belajar tentang kebahagiaan. Aku bereksistensi dalam diriku dan dunia luar, aku selalu terlibat dengan kedua-duanya, karena aku adalah mahkluk yang sadar akan eksistensinya. Aku adalah subjek yang mengada, aku bergulat dengan kelemahan jiwaku dan kerasnya dunia di luar diriku. Aku merengkuh makna dari dalam dunia. Mengapa? karena dunia buat aku adalah domain makna, bahkan dia adalah medan makna itu sendiri. Tapi sesungguhnya aku tak bisa mengkonstruksi makna itu, aku hanya bisa mepresepsi makna dan menghadirkannya dalam tutur kata. Aku selalu ingin mengungkapkan dan mengkomunakasikannya pada setiap masa.
Aku melihat dunia sebagai totalitas referensial, aku belajar darinya dan berhasil menyingkap tabir penghalang eksistensi. Aku melihat, aku merasa, dan aku mendengar jerit - jerit egoku terlempar di tengah kumpulan benda dan mahkluk lainnya di sekitar diriku.
Akhirnya aku tahu bahwa hidup adalah sebuah perjuangan untuk menemukan keberadaanku. Aku jadi tahu dan memahami bahwa primodialisme manusia adalah sebuah kemungkinan yang harus aku hadapi dengan realita hidup. Aku memproyeksikan ego dan menerawang nasibku kelak, dimana aku harus membuka diri dan membebaskannya menantang semua kemungkinan yang ada pada dunia. Aku gigih saat menyingkap selubung dunia lewat hatiku yang terbuka untuk dunia di luarku dan lewat perasaanku yang paling primodial dan keterlemparanku di tengah dinamika evolusi kosmos. Aku memang liar, dan benar-benar liar memahami eksistensiku. itulah jerit-jerit egoku yang membuncah dalam dadaku selama ini. Aku ingin menjadi seorang manusia sejati.

Tidak ada komentar: