Minggu, 24 Agustus 2014

"IBUKU INSPIRASIKU"

“Tak perlu menjadi sempurna, hanya untuk sekedar mengejar mimpi dan asa,
jadilah yang terbaik, lalu kejar angan tanpa harus menoleh ke belakang”
*(Watowuan Tyno)*


Ketika kelopak mata terbuka awalnya aku menangis, manusia di ujung mata mulai tersenyum tipis, manusia pertama yang aku lihat kata mereka aku boleh memanggilnya ibu, ia menimang dengan irama senandung malam, begitu seterusnya hingga aku tenggelam dalam hitam, hidup dalam tidurku sepasang mata terus memperhatikan raga mungil, malam itu aku menangis, tangisan yang memecah sunyi di belantara sepi, ia terbangun dengan setengah mata terbuka lalu ia menimang dengan irama senandung malam begitu malam seterusnya.
            Surga di bawah telapak kaki ibu, begitulah yang kita percayai selama ini, sosok perempuan yang tangguh, sangat menginspirasi hidupku. Sosok yang tegar terkadang cerewet tapi itulah ibu orang yang kritis, dan sangat-sangat sayang terhadap kami lima bersaudara.
Bercerita tentang siapakah ibuku, ada yang unik dan menurutku sangat heroik, mengajarkan kami tentang bagaimana mempertahankan hidup dalam kehidupan yang pelik dan menyakitkan. Ibuku terlahir juga dari seorang ibu yang menurutku bukanlah sosok orang biasa, yang selalu mengiringi tidur kami dengan dongeng klasik di waktu silam.
Bakat untuk jualan ibuku sudah ditunjukkannya sejak berumur belia, tapisan beras yang dicampur dengan jagung yang dititihnya menjadi santapan siang setelah pulang sekolah di masa itu. Ibuku saat itu hanya bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar, karena kelurganya saat itu hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Sejak ibu menikah banyak hal yang berubah karena ayahku saat itu adalah seorang pekerja keras. Selama ayahku masi sehat, keluarga kami sangat rukun dan hidup berkecukupan.
            Suatu peristiwa yang telah melanda keluargaku pada saat aku masi duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga.  
Hal yang tidak bisa terlupakan dalam perjalanan sejarah hidupku. Ayahku mengalami gangguan jasmani atau jatuh sakit membuat kebahagian dan tawa ria dalam keluargaku hilang, lenyap dan sirna seketika sampai saat ini. Ayahku tak lagi bekerja, dia hanya bisa duduk termangu memikirkan nasip keluarganya.
Bertolak dari peristiwa itu semua keperluan dan kebutuhan keluarga menjadi tanggung jawab ibu layaknya berperan sebagai kepala keluarga.
Walaupun dengan beban yang berat, ibuku tak pantang menyerah, walau sering kali menangis dalam gelap, berkeluh kesah dalam senyap, menanggung peluh dan penat seorang diri.
Berbagai usaha dia lakukan guna menghidupi keluarganya. Berbagai banyak rintangan selalu menyelimuti keluarga kami seakan menjadi sahabat sejati.
Berbagai macam problematika terus menggerogoti keluargaku, namun ibuku tak perna menyerah sedikitpun dengan keadaan, karna baginya hidup adalah sebuah pengorbanan maka inilah pengrbanannya untuk hidup demi anak – anaknya.
Mungkin telah habis dan kering keringat dan air matanya, hingga kulit yang dulu indah kini bagaikan gumpalan benang kusut, wajah yang dulu mulus kini dipenuhi goresan-goresan halus bagaikan lukisan seorang sastrawan, yang tak ternilai harganya. Bagiku Ibuku tak seperti ibu yang lain.
Tanpa disadari aku dan kakakku sebenar lagi menyelesaikan perkulihan di kota Makassar. Inilah bukti bahwa ibuku tidak seperti ibu yang lain. Bagiku tidak semua ibu yang hidup dalam keterbatasan rela membiayai kedua anaknya sampai pada perguruan tinggi, inilah hal yang luar biasa bagiku.
Sampai detik ini belum sedikitpun wujut terimakasi yang diberikan kepadanya. Mungkin sampai kapanpun semuanya tak mampu dibalas dengan sesuatu.
Ibu bagaikan malaikat tak berjubah, mendidik kami dengan kasih yang tulus bagaikan bulu domba dan suci bagaikan merpati.
Masih terlintas dalam ingatanku akan pesannya sebelum pergi berpetualang mencari seberkas harapan dan selembar kertas penuh makna di kota ini “Tak perlu menjadi sempurna, hanya untuk sekedar mengejar mimpi dan asa, jadilah yang terbaik, lalu kejar angan tanpa harus menoleh ke belakang”. Setiap derap langkaku entah kemanapun selalu ada hadirnya dalam ingatanku. Ibu adalah inspirasiku. 

Tidak ada komentar: