(Catatan Usang)
Perubahan
tidak seperti makan Lombok langsung pedis. Maka tidak secara serta merta kita
menggambarkan mimpi dalam bingkai aplikasi. Butuh yang namanya proses untuk
semua itu. Dalam proses tak perlulah merasa sangsi walau sering kali tertati
(Optimisme). Jangan harap ada perubahan jika mindsetnya masi tumpul (Change your mindset ). Pada hakikatnya
perubahan lahir dari minsed yang tajam.
“Lewo soron lodo tai sewa
olhakelekat ne ra’a tulis basa ki baru hogo bauk ererua ge tubak mula. Era
titen hama hala no’o Era rae nolo. Tubak
toi hala kalau nubak mo tula moi hala. (“Mula Kayo Nara Wua Anggur Bisa Hala” –
Vinsen Arakian).
Perlu
mempelajari Kondisi sosio-budaya/culture, dinamika dan konvensi yang melekat
erat dalam suatu tatanan masyarakat (Lokal genius).
Mungkin
agak naïf juga bila KM. Sirimau berlayar tanpa kompas.
Paradigma
kelasik menjadi mubasir bila diaduk dalam porsi Paradigma Modern.
Seyogianya
Teori dan Peraktek seiring sejalan, seimbang selaras, sinkron sinergis
singkatnya ada korelasi antara keduanya (Dua sisi uang logam yang berbeda tapi
satu fungsi)
Maka kata-katalah representativ dari mimpi dan
tindakan representaiv dari kata-kata.
Jadi idealis
vs pragmatis, tidak ada sisi yang salah. Yang salah yaitu kacamata pengamat barangkali
keliru.
_CELOTEH ANAK PETANI_NANTIKAN
AKU DI KOTA HARAPAN_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar